Jalan yang Terang Benderang
Bersama Pemateri :
Syaikh Fahd bin Isa Al-Anazi
Jalan yang Terang Benderang adalah tabligh akbar yang disampaikan oleh Syaikh Dr. Fahd bin Isa Al-Anazi dan diterjemahkan oleh Ustadz Maududi Abdullah, Lc. pada Ahad, 07 Juli 2024 M / 1 Al-Muharram 1446 H.
Tabligh Akbar Tentang Jalan yang Terang Benderang
Ini adalah sesuatu yang harusnya kita menyibukkan diri dengan hal tersebut, dan kita harus tamak untuk menyibukkan diri kita di atas ibadah dan mengesakan Allah Tabaraka wa Ta’ala. Kita harus berusaha untuk senantiasa kokoh di atas jalan tersebut dalam usia kita sampai menghadap Allah Tabaraka wa Ta’ala. Sesungguhnya para nabi dan para rasul ‘Alaihimussalam, semua mereka berdakwah dan mengajak manusia kepada hal tersebut. Demikian juga dengan nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau mengajak dan berdakwah kepada jalan tersebut, dan beliau senantiasa menyeru untuk berpegang teguh dengan aqidah ini sampai beliau diwafatkan oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala.
Demikian juga dengan seluruh para sahabat Ridwanullahi ‘alaihim ajmain, semua mereka berjalan di atas jalan yang sama, yaitu mereka melakukan usaha yang sangat besar menyebarkan agama Allah Tabaraka wa Ta’ala ke berbagai negeri. Mereka bersafar yang sangat jauh untuk mengajarkan agama Allah Tabaraka wa Ta’ala, berhadapan dengan aneka ragam marabahaya yang harus mereka lalui untuk menyebarkan agama tersebut. Semua itu mereka lakukan untuk menyebarkan dan mengokohkan agama yang mulia ini, agar kemudian menyebar agama yang mulia ini di dalam diri manusia-manusia yang ada di permukaan bumi.
Semua kita tahu, saudaraku, bahwa Allah Tabaraka wa Ta’ala pasti akan menjaga agamaNya, dan Allah Tabaraka wa Ta’ala memerintahkan kita untuk berpegang teguh dengan kitab untuk menjaga agama tersebut. Allah berfirman,
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ
“Berpegang teguhlah kalian semuanya dengan tali Allah dan jangan kalian berpecah-pecah.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 103)
Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga mengajak manusia untuk berpegang teguh dan mengajarkan kepada manusia syariat Allah ‘Azza wa Jalla. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa mengajarkan itu sampai kemudian Allah Tabaraka wa Ta’ala mewafatkan nabi kita tercinta, dan tidaklah nabi kita diwafatkan Allah melainkan Allah telah menyempurnakan untuk kita agama Allah Tabaraka wa Ta’ala. Nabi telah menerangkan semuanya, bagaimana wajibnya kita untuk beribadah kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala.
Merupakan sebuah kewajiban bagi kita, saudaraku, untuk memiliki akidah yang kuat bahwa agama kita ini adalah agama yang sempurna, agama yang tidak memiliki kekurangan karena Allah Tabaraka wa Ta’ala telah berfirman kepada kita,
…الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا…
“Hari ini Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, Aku sempurnakan kepada kalian nikmat-Ku, dan Aku telah ridhai untuk kalian Islam sebagai agama.” (QS. Al-Ma’idah[5]: 3)
Allah Tabaraka wa Ta’ala telah ridha untuk kita Islam ini sebagai agama, maka hal yang harus kita lakukan adalah jangan lagi kita menjauh dan melenceng dari agama ini. Hendaklah kita senantiasa berpegang teguh kepadanya dan jangan coba-coba mencari agama selain agama Islam. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diperintahkan Allah Tabaraka wa Ta’ala untuk menyampaikan agama ini dengan mengatakan,
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ ۖ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ ۚ
“Wahai Rasul, sampaikan kepada manusia apa yang telah Allah turunkan kepadamu daripada agama. Sekiranya engkau tidak mengerjakan, maka engkau tidaklah menyampaikan agama itu kepada manusia.” (QS. Al-Ma’idah[5]: 67)
Melalui ayat ini Allah Tabaraka wa Ta’ala memerintahkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menyampaikan agama kepada kita, dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mustahil setelah menyampaikan agama tersebut beliau menyelisihi agama itu atau mengurang-ngurangi agama tersebut. Itu tidak mungkin, karena setelahnya Allah berfirman, “Kalau engkau tidak mengerjakan seperti yang diwahyukan dan disampaikan kepadamu, maka sungguh engkau tidak menyampaikan risalah itu kepada manusia.” Kemudian nabi kita tercinta Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menerangkan bahwa beliau tidak membiarkan umatnya setelah kematian beliau tanpa keterangan yang jelas, tanpa petunjuk yang jelas, dan tidak ditinggalkan begitu saja. Ini terlihat di saat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendekati kematian, dan para sahabat Ridwanullahi ‘alaihim ajmain mulai mengetahui bahwa ajal Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sudah dekat. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan umatnya untuk berpegang teguh kepada agamanya, dan kemudian di dalamnya terdapat seolah-olah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ingin menentramkan umat dengan mengatakan bahwa sesungguhnya kalian tidak perlu takut. Walaupun nanti aku akan meninggalkan kalian, sungguh aku telah tinggalkan kalian di atas agama yang terang benderang, di atas agama yang jelas, sehingga kalian tidak perlu mengkhawatirkan itu. Nabi mengatakan,
تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا
“Aku tinggalkan kalian di sebuah jalan yang terang benderang, saking terangnya jalan itu malamnya bagaikan siangnya.” Nabi terangkan sejelas-jelasnya sehingga diperintahkan kita untuk berpegang teguh dengan mengatakan,
لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ
“Tidak ada yang melenceng dari jalan itu melainkan dia pasti akan binasa.” (HR. Muslim)
Ini merupakan arahan yang sangat jelas dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada umat ini agar umat itu tenang dan tentram bahwa hujjah telah disampaikan dengan jelas dan tegas. Sunnah telah disampaikan dengan tegas dan jelas, sehingga kewajiban umat berikutnya adalah berpegang teguh dan menggigit dengan gigi geraham mereka, sebagaimana yang disampaikan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika beliau memerintahkan kita untuk patuh dan taat kepada pemimpin. Di akhir hadits itu Nabi mengatakan,
تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
“Berpegang teguhlah dengan apa yang telah kusampaikan kepada kalian dan gigit dengan gigi geraham kalian.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah memberikan wasiat kepada umat ini agar senantiasa berpegang teguh kepada sunnah Nabi.
Sebagaimana yang juga kita ketahui, saudaraku, bahwa sesungguhnya agama ini berdiri di atas dua pondasi, yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi kita tercinta Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan kita tidak bisa membeda-bedakan dan menyelisihi salah satu di antaranya. Kita harus berpegang teguh dengan kedua-duanya, tidak bisa kita pegang satu dan menyepelekan yang lainnya. Oleh karena itu, Allah Tabaraka wa Ta’ala menjaga agama ini dengan menjaga kedua sumber agama yang tadi telah kita katakan. Kitabullah dijaga oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala. Allah berfirman,
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami yang menurunkan dzikir, yaitu Al-Qur’an, dan Kami pasti akan menjaganya.” (QS. Al-Hijr[15]: 9)
Apabila ada orang yang berkata di dalam ayat itu hanya jaminan penjagaan Allah terhadap Al-Qur’an, Kitabullah, dan kami yakin bahwa Al-Qur’an dijaga oleh Allah, tapi bagaimana dengan sunnah? Perlu kita ketahui, sunnah juga dijaga oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala. Melalui ayat ini, Allah menerangkan bahwa sunnah juga dijaga oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala karena dia adalah bagian daripada dzikir itu sendiri. Walaupun kita tahu bahwa di dalam sunnah adanya orang-orang yang memasukkan sesuatu ke dalam sunnah yang bukan bagian daripada sunnah, akan tetapi anda harus yakin bahwa sunnah itu dijaga oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala. Bagaimana cara Allah menjaganya, walau telah dimasukkan di dalamnya sesuatu yang bukan bagian daripada sunnah itu sendiri? Allah menjaganya dengan cara mendatangkan para ulama ahli hadits untuk mempelajari hadits-hadits tersebut. Lalu para ulama tersebut membedakan mana hadits yang shahih dan mana pula hadits yang tidak shahih. Mereka, para ahli ilmu, para ulama hadits, mempelajari perawi-perawi hadits dan mengetahui mana yang tsiqah dan mana pula yang tidak, mana yang jujur dan mana pula yang tidak jujur. Dengan hal tersebut, Allah Tabaraka wa Ta’ala telah menyiapkan untuk umat generasi para ulama yang mengamalkan hal tersebut sehingga dengannya mereka menjaga agama Allah Tabaraka wa Ta’ala dari zaman mereka sampai hari-hari kita sekarang ini. Dengan cara inilah agama Allah Tabaraka wa Ta’ala dijaga, baik Kitabullah atau Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Saudaraku, sesungguhnya sunnah ini merupakan bagian daripada wahyu dari Allah Tabaraka wa Ta’ala. Dia merupakan wahyu dari Allah. Lihatlah firman Allah di dalam Al-Qur’an,
وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَىٰ ﴿١﴾ مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَىٰ ﴿٢﴾ وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ ﴿٣﴾ إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ ﴿٤﴾
“Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm[53]: 1-4)
Tegas di dalam ayat ini diterangkan oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala bahwa yang bersama nabi tersebut adalah wahyu dari Allah Tabaraka wa Ta’ala. Ini menunjukkan kepada kita sangat pentingnya kita untuk berpegang teguh dengan sunnah karena sunnah itu adalah wahyu dari Allah dan salah satu sumber daripada sumber dimana kita mempelajari agama Allah Tabaraka wa Ta’ala.
Oleh karena itu, nabi mengingatkan kita dari adanya orang-orang yang nanti akan datang setelah beliau tiada, mulai meragukan posisi sunnah nabi kita tercinta dan memberikan keraguan kepada manusia akan sunnah tersebut. Di dalam hadits-hadits yang telah kita sampaikan di atas terdapat perintah dari nabi untuk berpegang teguh dengan sunnah dan pentingnya berpegang teguh dengan sunnah. Nabi mengatakan jalan itu adalah jalan yang terang karena sesungguhnya nabi telah menyampaikan sebagaimana yang diterangkan oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala. Namun, nabi juga mengingatkan adanya orang-orang nanti yang akan memberikan keraguan kepada manusia untuk berpegang teguh kepada sunnah tersebut. Mereka mengatakan cukup berpegang teguh dengan Al-Qur’an saja dan tidak perlu berpegang teguh dengan sunnah. Tidak boleh bagi kita (hanya) peduli kepada Al-Qur’an, Kitabullah, namun tidak peduli kepada sunnah Nabi kita tercinta Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan,
يوشك أن يقعد الرجل متكئاً على أريكته يحدث بحديث من حديثي فيقول بيننا وبينكم كتاب الله ….
“Sesungguhnya akan tiba masanya seorang lelaki dia enak-enak bertelekan di atas bantal-bantalnya dan dipan-dipannya, lalu dia mengatakan, ‘Apa yang ada dari Kitabullah kita ambil. Apa yang kita dapatkan dari Al-Qur’an tentang yang halal akan kami halalkan, dan apa yang dilarang maka akan kami tinggalkan.`” (HR. At-Tirmidzi)
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari kita download dan simak mp3 kajian Islam yang penuh manfaat iini.
Download Tabligh Akbar Tentang Jalan yang Terang Benderang
Podcast: Play in new window | Download
Jangan lupa untuk turut menyebarkan kebaikan dengan membagikan link download tabligh akbar ini ke Facebook, Twitter, dan media sosial Anda yang lain. Semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan Anda semua.
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54273-jalan-yang-terang-benderang/